Internasional | Krisis Iklim | Pemanasan Global
FOMOMEDIA – Peningkatan suhu bumi sudah melebihi 1,5 derajat celsius. Selama lima tahun ke depan panas menyengat bakal dirasakan.
Tanpa kita sadari ternyata suhu bumi sudah meningkat dalam setahun terakhir. Tak main-main, ambang batas kritis pemanasan global sebesar 1,5 derajat celsius telah terlewati.
Copernicus, layanan pemantauan iklim Uni Eropa, melaporkan suhu rata-rata global dari Juni 2023 hingga Mei 2024 adalah 1,63 derajat celsius. Jumlah tersebut jelas di atas suhu dasar masa praindustri pada 1850-1900.
Menyitat laporan Sky News, adanya pelanggaran tahunan jangka pendek tidak sama dengan pemanasan global yang terjadi terus menerus di atas 1,5 derajat. Hal tersebut terus terjadi terutama selepas masa industri dimulai.
Salah satu yang perlu mendapatkan perhatian adalah bagaimana suhu terus meningkat seiring dengan emisi karbon dari aktivitas manusia. Gara-gara ini, Copernicus mendesak adanya upaya berkelanjutan untuk tindakan yang semakin merusak iklim.
“Ini mengejutkan, tetapi tidak mengherankan bahwa kita telah mencapai rekor 12 bulan berturut-turut ini,” kata Carlo Buontempo, direktur Layanan Perubahan Iklim Copernicus, dikutip dari Sky News.
“Meskipun rangkaian bulan-bulan yang memecahkan rekor ini pada akhirnya akan terhenti, ciri umum perubahan iklim masih tetap ada dan tidak ada tanda-tanda perubahan dalam tren tersebut,” lanjutnya.
BACA JUGA:
Lima Tahun ke Depan Lebih Panas
Sebelum adanya temuan Copernicus, World Meteorological Organization (WMO) telah memperingatkan setidaknya satu dari lima tahun kalender ke depan juga akan melebihi 1,5 derajat celsius.
Menurut WMO, rata-rata suhu permukaan global meningkat setiap tahun antara tahun 2024 dan 2028 diperkirakan antara 1,1 dan 1,9 derajat. Jumlah tersebut lebih hangat dibandingkan rata-rata tahun 1850 hingga 1900.
Kemudian, selama lima tahun ke depan, dunia bakal semakin panas. Setidaknya lembaga itu memperkirakan sekitar 86 persen suhu lebih hangat selama lima tahun ke depan sejak 2023.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres turut memperingatkan adanya ancaman perubahan iklim ini. Ia sebagai salah satu pimpinan lembaga yang menaungi negara-negara di dunia mendorong adanya pengawasan ekstra dari para pemimpin.
KTT iklim global atau COP 29 yang bakal digelar pada November 2024 mendatang di Baku, Azerbaijan, jadi momen penting membahas pemanasan tidak masuk akal ini. Apalagi, pada 2024 ini suhu rata-rata global, seperti yang dicatat Copernicus, merupakan rekor tertinggi.
Terutama pada Mei 2024 merupakan bulan ke-12 berturut-turut dengan suhu rata-rata tertinggi yang pernah tercatat secara global.
Meski kini pengurangan emisi karbon global telah melambat, bukan berarti pemanasan telah usai. Penggunaan energi terbarukan masih kurang maksimal. Alhasil, emisi hasil pembakaran bahan bakar fosil masih terus terjadi.
Penulis: Sunardi
Editor: Safar
Ilustrator: Vito