Susahnya Jadi Gen Z: Dibilang Lembek dan Susah Nabung Pula

susahnya-jadi-gen-z:-dibilang-lembek-dan-susah-nabung-pula
Susahnya Jadi Gen Z: Dibilang Lembek dan Susah Nabung Pula
Share

Share This Post

or copy the link

FOMOMEDIA – Gen Z terkenal akan kreativitasnya, tapi juga lembek karena mereka juga mudah tertekan frustrasi, mengeluh, menyerah, resah, dan sakit hati.

Gen Z sering disebut-sebut sebagai generasi lemah. Sebagian kalangan bahkan kerap menyamakan Gen Z sebagai Generasi Stroberi. Istilah ini merujuk pada buah stroberi yang memiliki bentuk indah tetapi mudah lembek dan busuk.

Istilah ini pertama kali hadir di Taiwan. Awalnya julukan tersebut disematkan pada orang-orang kelahiran 1981-1991. Namun, seiring waktu, julukan ini kembali hadir, dan kini disematkan pada Gen Z. Padahal Gen Z menurut Badan Pusat Statistika (BPS) adalah generasi yang lahir di antara 1997-2012.

Dilansir Merdeka, Prof. Rhenard Kasali mendefinisikan Gen Z sebagai generasi yang terkenal akan kreativitasnya. Mereka memiliki berbagai ide-ide brilian dan cara yang inovatif. Di sisi lain, mereka juga mudah tertekan frustrasi, mengeluh, menyerah, resah, dan sakit hati.

Namun, apakah benar demikian?

Bertarung dengan Kondisi Global

Editor CNBC Indonesia Hadijah Alaydrus (Sumber: Vibrant)

Editor CNBC Indonesia Hadijah Alaydrus mengatakan bahwa Gen Z memiliki tantangan tersendiri. Generasi ini “kerap dilihat oleh masyarakat sebagai generasi yang terlalu dimanjakan dan ‘lembut’.”

Padahal kenyataannya, Gen Z mesti menghadapi kondisi ekonomi dan kesempatan kerja yang sulit. Hal ini disampaikan dalam acara “Menavigasi Masa Depan Profesi & Lapangan Pekerjaan untuk Gen Z” bersama Komunitas Vibrant pada Jumat (14/6/2024).

Pandemi COVID-19, winter tech, PHK massal, inflasi, dan gejolak politik global seperti Perang Rusia-Ukraina, Palestina-Israel adalah momen-momen berpengaruh besar dalam pertumbuhan karier Gen Z.

Gen Z “dipaksa” untuk memiliki pendapatan maksimal di tengah pengalaman minimal untuk memenuhi kebutuhan hidup. Sehingga, bukan lagi menjadi sesuatu aneh bagi Gen Z untuk hustling atau memiliki lebih dari satu pekerjaan.

Di sisi lain, berdasarkan riset NielsenIQ (NIQ) dan World Data Lab ( WDL), Gen Z adalah konsumen dengan spending power tertinggi di banyak regional. Bahkan, diprediksi spending power Gen Z akan mencapai 12 triliun dolar AS pada 2030 mendatang. Walau di dalam riset tidak disebutkan apakah nilai tersebut murni konsumsi tanpa memperhitungkan inflasi atau tidak.

Karakteristik Gen Z

Editor CNBC Indonesia Hadijah Alaydrus menyebutkan setidaknya ada lima karakter umum pada Gen Z. Kelima karakteristik itu antara lain:

  • Pragmatis

Tumbuh pada era digital membuat Gen Z sangat menyenangi kemudahan. Kemampuan mereka menggunakan perangkat elektronik dan berselancar di dunia maya membuat mereka menjadi pribadi yang praktis serta taktis.

  • Kreatif

Gen Z punya perasaan ingin tahu yang tinggi. Mereka juga senang belajar dari pengalaman orang lain. Ketertarikan ini membuat Gen Z suka mencoba hal baru dan sering bereksplorasi.

“Terkadang kreativitas Gen Z tidak sejalan dengan kebiasaan masyarakat umum sehingga dianggap janggal. ‘Daripada buang uang demi pengetahuan yg bisa didapat lewat YouTube, TikTok, short course, mending uangnya “ditanamin” enggak, sih, daripada buat kuliah?‘ kata sebagian mereka. Ini yang membuat ada banyak Gen Z yang menganggur karena pilihan.”

Editor CNBC Indonesia Hadijah Alaydrus

  • Kolaboratif

Gen Z suka berkomunitas dan bekerja sama. Mereka juga senang berkolaborasi dengan orang-orang di sekitarnya atau komunitas lain yang sesuai dengan ketertarikannya.

  • Perhatian dengan lingkungan

Akses terhadap informasi yang mudah dan luas membuat Gen Z melek terhadap berbagai fenomena global, baik alam, ekonomi, politik, maupun sosial. Kemampuan memperoleh informasi tersebut ditunjang dengan sikap kritis membuat Gen Z kerap juga dijuluki sebagai Social Justice Warrior (SJW).

  • Berhati lembut

Kebanyakan Gen Z dibesarkan dan dididik oleh Gen X yang tumbuh di masa persaingan kerja yang ketat. Kondisi tersebut membuat Gen X umumnya berusaha memberikan kenyamanan pada anak-anaknya. Ini berefek domino pada perhatian Gen Z pada kesehatan mental dan emosi mereka serta orang-orang sekitarnya, karena tidak perlu mengkhawatirkan kebutuhan primer lagi.

BACA JUGA:

Alasan Gen Z Susah Menabung

Dalam acara yang sama, Founder Komunitas Vibrant Lady Nathalia, CFP, menyebut ada beberapa alasan dan faktor yang membuat Gen Z sulit untuk menabung.

Sebagai generasi yang lahir dan tumbuh pada masa perkembangan informasi, teknologi, dan digital, hidup Gen Z dipermudah dengan berbagai aplikasi. Dari sekadar untuk menunjang gaya hidup, produktivitas, sampai keuangan.

Salah satu contohnya adalah dengan aplikasi pinjaman online dan paylater. Ini berbeda dengan generasi sebelumnya seperti milenial atau boomer yang tidak mudah mendapatkan pinjaman. “Zaman dulu adanya kartu kredit (credit card/cc), itu pun harus kerja dulu baru bisa dapat, dan limitnya kecil,” tutur Lady.

Founder Komunitas Vibrant Lady Nathalia, CFP. (Sumber: Vibrant)

Selain itu, menurut Lady, Gen Z juga masih muda. Kebanyakan Gen Z belum melihat masa depan. Sehingga, kemudahan yang didapatkan masih dipandang untuk mempermudah tujuan generasi ini untuk mendapatkan keinginannya. Cara pandang ini menimbulkan perbedaan dari sisi tujuan dan value dalam hidup.

Padahal, kehidupan terus berjalan, dan kelak, Gen Z harus mempersiapkan dana kesehatan dan pensiun. Terlebih berdasarkan MMB Health Trend 2023, terjadi peningkatan 13,6% biaya kesehatan selepas pandemi Covid-19, yang secara tidak langsung menimbulkan inflasi di dunia medis.

“Memang tidak akan dirasakan dampaknya oleh setiap individu secara langsung, namun dapat dihindari dengan melakukan mitigasi risiko lebih awal yaitu melalui persiapan dana darurat serta pengalihan risiko melalui produk asuransi yang tepat,” jelasnya.

Lantas, Apa yang Harus Dilakukan Gen Z?

Menurut Lady, Gen Z harus mulai membuat skala prioritas dan mulai menabung. Gen Z harus belajar membedakan gaya hidup dan kebutuhan hidup. Ia juga menyarankan agar Gen Z tidak menggunakan layanan pinjaman online atau paylater untuk hobi atau menunjang gaya hidup.

“Pola pikirnya harus diubah. Ketika memutuskan untuk memiliki sesuatu, harus dipikirkan, barang ini kelak bisa generate income atau tidak. Kalau tidak, jangan menggunakan utang atau memaksakan diri membeli barang-barang tertentu.”

Founder Komunitas Vibrant Lady Nathalia, CFP.

Lady juga menyarankan Gen Z untuk mempersiapkan dana darurat dan pensiun sejak dini. Sebab, semakin awal dipersiapkan, agar semakin lama persiapannya jadi semakin ringan. Salah satunya adalah dengan menggunakan produk critical illness yang diunggulkan asuransi Allianz. 

Produk critical illness menyediakan proteksi income yang bisa memberikan uang pertanggungan hingga puluhan kali gaji yang nantinya bisa menjadi pengganti biaya hidup saat terpaksa tidak bisa bekerja lagi. Sehingga, pada masa depan Gen Z tidak hanya bisa merdeka dari sisi keuangan untuk diri mereka sendiri, tetapi juga tidak menjadikan generasi penerusnya generasi sandwich.

Penulis: Elin Kaban

Editor: Safar

Ilustrator: Vito

0
joy
Joy
0
cong_
Cong.
0
loved
Loved
0
surprised
Surprised
0
unliked
Unliked
0
mad
Mad
Susahnya Jadi Gen Z: Dibilang Lembek dan Susah Nabung Pula

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Login

To enjoy Astaga! privileges, log in or create an account now, and it's completely free!

Follow Us