Saat Peran Orang Tua Tak Seimbang, Waspadai Bahaya yang Bisa Mengintai Anak

saat-peran-orang-tua-tak-seimbang,-waspadai-bahaya-yang-bisa-mengintai-anak
Saat Peran Orang Tua Tak Seimbang, Waspadai Bahaya yang Bisa Mengintai Anak
Share

Share This Post

or copy the link

Patricia Astrid Nadia | Beautynesia

Jumat, 09 May 2025 20:30 WIB

img-alt

Foto: Freepik.com/frolopiaton palm

Dalam kehidupan pernikahan tentu Beauties wajib mengelola peran dan tanggung jawab yang jelas bersama pasangan. Jangan sampai berat sebelah, ya, Beauties.

Di tengah kondisi ekonomi yang tak menentu, tak sedikit orang tua yang memutuskan sama-sama tetap bekerja. Namun, ini bukan berarti orang tua bisa lepas tanggung jawab untuk memastikan kebutuhan dan perkembangan anak tetap berjalan dengan baik. Ini bukan cuma tugas salah satu pasangan, kedua orang tua sama-sama perlu siap berperan dengan imbang.

Lantas, apakah ada pengaruh jika ada ketimpangan peran orang tua terhadap anak? Tentu ada, Beauties! Bahayanya dijelaskan dalam penelitian psikologi Bronfenbrenner’s Family Systems theory dan Bowen’s Family Systems theory, sebagai berikut.

1. Rendahnya Kepercayaan Diri Anak

Rendahnya Kepercayaan Diri Anak/Foto: Freepik.com/zilvergolf
Rendahnya Kepercayaan Diri Anak/Foto: Freepik.com/zilvergolf

Dalam riset yang dilakukan oleh Urie Bronfenbrenner, peran keluarga adalah peran utama yang akan berdampak pada perkembangan anak. Termasuk dalam hal membentuk kepercayaan diri anak saat berinteraksi di sekolah, bergaul dengan teman-temannya hingga mengembangkan bakat yang dimiliki.

Beauties, coba kamu bayangkan, ketika di rumah kegiatan parenting pada anak hanya dibebankan pada salah satu pasangan saja, misalnya dilimpahkan kepada ibu atau kepada sosok ayah, maka anak akan kebingungan dan tidak memiliki contoh yang utuh bagaimana ia harus membawa diri dalam sebuah pergaulan.

Kalau dukungan yang didapat oleh anak hanya dari salah satu pihak saja, bisa jadi anak hanya mampu berpikir dan berempati dari salah satu sudut pandang saja. Anak bisa saja menilai, orang tuanya nggak peduli pada potensi yang dimiliki dan tidak mau tahu tentang pencapaian dan usaha yang telah diraih anak.

Terlebih ketika gagal, hanya mendapat dukungan dari salah satu pihak. Akhirnya rasa kecewa dan ketidakpercayaan diri yang akan terus menghambat perkembangan anak.

2. Kesulitan Mengelola Emosi

Kesulitan Mengelola Emosi/Foto: Freepik.com/TheYuriArcursCollection

Saat seorang anak hanya dekat ke salah satu figur dari orang tuanya, ia tidak mendapatkan contoh dan sulit untuk mengelola emosi dengan lebih baik. Dalam pertemanan, bisa saja anak sedang berbeda pendapat dengan temannya, beradu argumen, atau pun punya konflik dalam bergaul dengan teman. Sekilas terlihat sepele memang, namun bagaimana anak dapat mengelola masalah itu jauh lebih penting.

Beauties, ketika anak hanya melihat salah seorang figur orangtua yang mampu menyelesaikan masalah, sedangkan pihak lainnya terlihat tidak peduli, maka bisa jadi anak berargumen dengan berbagai alasan.

Contohnya, “Mama pas lagi beda pendapat sama temannya juga marah dan teriak-teriak, pas beda pendapat dengan papa juga diam-diaman.” Akhirnya anak menjadi menormalisasi hal itu dan gagal dalam mengelola emosi dengan baik sesuai dengan usianya.

3. Mencari Figur Pengganti yang Tak Sehat

Mencari Figur Pengganti yang Tak Sehat/Foto: Freepik.com/gpointstudio

Hal ini mungkin terdengar klasik dan sering terlihat dalam beberapa adegan dalam film fiksi, namun bayangkan ketika Beauties sebagai orang tua tidak mampu membagi peran dengan seimbang, lalu anak mencari figur lain yang dirasa lebih dapat memahaminya.

Sayangnya, anak yang masih berada pada usia di bawah umur, atau pun masih berada pada usia remaja yang penuh pergulatan akan cenderung mencari jalan instan yang serba cepat.

Bisa jadi mereka mencari pelarian kepada figur lain di luar rumah dengan orang yang tidak memiliki kepribadian yang baik. Maka, Beauties sebaiknya punya peran yang jelas dan disepakati bersama pasangan.

Dalam keluarga, perlu siap menjadi pendengar bersama pasangan untuk pola parenting yang jauh lebih baik. Bisa jadi antara kamu dan pasangan punya perbedaan, tapi di balik perbedaan kamu pun harus siap untuk saling mengisi dengan interaksi yang sehat dan patut dicontoh oleh anak.

4. Kebingungan dalam Bersosialisasi

Kebingungan dalam Bersosialisasi/Foto: Freepik.com/ Wavebreakmedia

Ketika bersosialisasi, tentu kamu akan melibatkan pikiran dan perasaan, Beauties. Namun coba kamu prediksi, saat kamu dan pasangan sering absen berkomunikasi dengan anak, maka ia pun akan merasa kosong atau hampa.

Kehampaan ini membuat anak seolah kebingungan cara untuk memulai percakapan yang tepat, saat ia ingin mencari teman. Bisa jadi anak ingin berinteraksi dan berteman dengan orang lain.

Tapi ujung-ujungnya, anak selalu dapat penolakan dan justru tidak disukai dan dijauhi oleh teman-temannya, karena caranya dalam bergaul tidak disukai dan dianggap tidak menyenangkan. Bahkan bisa saja anak dinilai kurang memahami pandangan dan perasaan orang lain, karena sebenarnya ia merasa hampa dan tidak mendapatkan cukup contoh karena minimnya dan tidak seimbangnya peran orangtua.

Oke, Beauties berikut tadi adalah bahaya yang patut kamu waspadai sebagai orang tua muda supaya cerdas dan seimbang dalam membagi tugas dengan pasangan.

***

Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk gabung ke komunitas pembaca Beautynesia B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!

(dmh/dmh)

Komentar

Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama memberikan komentar.

RELATED ARTICLE

0
joy
Joy
0
cong_
Cong.
0
loved
Loved
0
surprised
Surprised
0
unliked
Unliked
0
mad
Mad
Saat Peran Orang Tua Tak Seimbang, Waspadai Bahaya yang Bisa Mengintai Anak

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Login

To enjoy Astaga! privileges, log in or create an account now, and it's completely free!

Follow Us
Slot Dana, Beerslot365, Slot Mahjong Slot Qris Beerslot365, Mahjong Ways, Slot Qris, sabung ayam online sv388, Beerslot365, Sv388.