Kadang, film terbaik justru yang bikin kita merasa terlempar ke masa lalu. Lewat nuansa jadul yang khas, cerita-cerita berlatar zaman dulu ini menghadirkan suasana yang hangat, emosional, dan sering kali bikin kita melihat hidup dari sudut pandang yang berbeda. Bukan cuma soal sejarah besar, tapi juga tentang cinta, perjuangan, dan kehidupan sehari-hari yang dibalut budaya masa lampau.
Film Indonesia bertema zaman dulu punya cara unik untuk bercerita ada yang mengangkat kehidupan bangsawan Jawa, konflik ideologi, hingga romansa. Semua dibawakan dengan estetik dengan cerita yang menyentuh. Cocok banget buat kamu yang rindu suasana klasik. Ini dia rekomendasi filmnya!
1. Kupu-Kupu Kertas (2024)
Kupu-Kupu Kertas (2024)/ Foto : IMDb
Kupu-Kupu Kertas mengangkat kisah cinta tragis di tengah konflik ideologi yang mencekam pada masa kelam Indonesia tahun 1965. Mengisahkan Ning (Amanda Manopo), seorang gadis dari keluarga simpatisan PKI, yang jatuh cinta pada Ihsan (Chicco Kurniawan), pemuda dari keluarga Nahdlatul Ulama (NU).
Meski berbeda latar belakang, keduanya awalnya tetap menjalin cinta tanpa peduli ideologi keluarga masing-masing. Namun, situasi memburuk ketika konflik politik memuncak.
Sang ayah Ning, Rekoso (Iwa K), bersama tangan kanannya Busok (Reza Oktovian), memimpin serangan terhadap kelompok Ansor yang menewaskan kakak Ihsan, Rasjid (Samo Rafael). Tragedi ini memicu amarah dan kekacauan di tengah masyarakat. Di tengah amukan massa yang haus balas dendam, Ihsan nekat melarikan Ning demi menyelamatkan nyawa dan cinta mereka.
2. Buya Hamka (2023)
Buya Hamka (2023)/ Foto : IMDb
Menyoroti fase‐fase penting kehidupan ulama sekaligus sastrawan besar Haji Abdul Malik Karim Amrullah. Mengisahkan rentang tahun 1933–1945 dan dibintangi Vino G. Bastian sebagai Hamka serta Laudya Cynthia Bella sebagai sang istri, Sitti Raham.
Kisah dimulai ketika Hamka dipercaya memimpin Muhammadiyah di Makassar. Kepemimpinannya yang visioner membawa kemajuan pesat bagi organisasi dan makin mengharumkan namanya.
Titik balik datang saat Hamka ditawari memimpin majalah Panji Masyarakat di Medan. Atas dorongan Sitti Raham, ia menerima posisi itu meski berarti berpisah dengan keluarga di Padang Panjang. Di Medan, Hamka menggawangi majalah progresif yang lantang menyuarakan suara rakyat di tengah tekanan kolonial Belanda, sekaligus menerbitkan episode‐episode roman terkenalnya. Namu,n kesibukan mengabdi pada bangsa membuatnya kerap melewatkan momen berharga bersama keluarga.
3. Kadet 1947 (2021)
Kadet 1947 (2021)/ Foto : IMDb
Kadet 1947 mengangkat kisah nyata perjuangan sekelompok pemuda Indonesia dari Akademi Penerbangan Maguwo, Yogyakarta, dalam menghadapi Agresi Militer Belanda II. Dipimpin oleh Sigit (Bisma Karisma), para kadet yang masih dalam masa pelatihan memutuskan untuk terjun langsung ke medan tempur demi mempertahankan kemerdekaan yang baru diproklamasikan.
Bersama Mul (Kevin Julio), Har (Omara Esteghlal), dan Adji (Marthino Lio), Sigit menjalankan misi udara pertama Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI) dengan pesawat tua dan serba terbatas. Puncaknya terjadi pada 29 Juli 1947, ketika mereka berhasil membombardir markas Belanda di Semarang, Salatiga, dan Ambarawa.
4. Bumi Manusia (2019)
Bumi Manusia (2019)/ Foto : IMDb
Berlatar masa penjajahan Belanda di Hindia Belanda awal abad ke-20, film ini mengangkat isu tentang ketidakadilan, identitas, dan perjuangan melawan sistem kolonial.
Cerita berfokus pada Minke (Iqbaal Ramadhan), seorang pemuda pribumi yang mendapat pendidikan ala Eropa. Minke jatuh cinta pada Annelies (Mawar Eva de Jongh), gadis Indo anak dari Nyai Ontosoroh (Sha Ine Febriyanti), seorang perempuan pribumi yang “dibeli” Belanda untuk dijadikan istri tanpa status hukum.
Konflik utama muncul ketika Minke harus berhadapan dengan hukum kolonial yang tidak mengakui pernikahannya dengan Annelies karena status ibunya sebagai nyai, bukan istri sah menurut hukum Belanda. Di tengah tekanan sosial dan hukum, Minke mulai menyadari bahwa ia harus memperjuangkan hak-haknya sebagai manusia yang setara.
5. Perburuan (2019)
Perburuan (2019)/ Foto : IMDb
Mengangkat kisah Hardo (Adipati Dolken), bekas perwira PETA yang terpaksa pulang kampung ke Blora setelah laskar pribumi kalah total melawan Jepang. Bukannya mendapat ketenangan, Hardo justru diburu habis-habisan oleh tentara Nippon.
Luka perang belum sembuh, Hardo mesti bersembunyi di ladang, hutan, sampai kolong rumah kerabat sementara pasukan Jepang menyisir desa demi desa. Di tengah pelarian, ia terhantam kenyataan pahit, jejaknya bocor bukan hanya karena penjajah, tapi juga oleh pengkhianatan orang-orang terdekat mulai dari kenalan lama sampai kawan seperjuangan yang memilih selamat dengan menjilat Nippon.
6. Sultan Agung: Tahta, Perjuangan, dan Cinta (2018)
Sultan Agung: Tahta, Perjuangan, dan Cinta (2018)/ Foto : IMDb
Perjalanan Raden Mas Rangsang yang kemudian dikenal sebagai Sultan Agung dalam memimpin Kerajaan Mataram. Diangkat menjadi raja di usia muda setelah wafatnya sang ayah, Sultan Agung (Ario Bayu) harus membuktikan bahwa dirinya layak memegang tahta. Ia menghadapi tekanan dari dalam kerajaan, dilema cinta dengan Lembayung (Putri Marino), serta pernikahan politik dengan Ratu Batang (Anindya Putri).
Namun, tantangan terbesar datang dari luar, VOC mulai mengadu domba para adipati untuk melemahkan kekuasaan Mataram. Ketika Belanda mengingkari perjanjian dan membangun kantor dagang di Batavia, Sultan Agung memilih jalan perang. Ia bangkit, menyatukan kembali para adipati yang tercerai-berai, dan melancarkan serangan ke benteng VOC di Batavia.
7. Kartini (2017)
Kartini (2017)/ Foto : IMDb
Mengangkat kisah nyata kehidupan Raden Adjeng Kartini, pahlawan emansipasi wanita Indonesia. Film ini dibintangi oleh Dian Sastrowardoyo sebagai Kartini.
Kartini yang lahir dari keluarga bangsawan Jawa, namun sejak kecil mengalami keterbatasan karena adat yang mengekang perempuan. Sebagai perempuan ningrat, Kartini tidak bebas bersekolah atau bersuara. Dengan kecintaannya pada buku dan surat menyurat dengan sahabat pena di Belanda, Kartini mulai memiliki pemikiran maju tentang kesetaraan gender, pendidikan untuk perempuan, dan kebebasan berpikir.
Film ini tidak hanya menyoroti sosok Kartini sebagai simbol perjuangan wanita, tetapi juga menggambarkan dilema batin, konflik keluarga, dan tekanan budaya yang harus dihadapinya.
Itu dia sederet film bertemakan zaman dulu. Kaya sejarah dan menarik untuk ditonton ya!
____
Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk gabung ke komunitas pembaca Beautynesia B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!
(ria/ria)