Ini 3 Bukti Kamu Bukan Sosok “Baperan”, Tapi Nggak Tahan Diperlakukan Semena-Mena
Dewi Maharani Astutik | Beautynesia
Minggu, 05 Oct 2025 19:30 WIB
Bukti kamu bukan baperan/Foto: Freepik/prostooleh
Istilah “baper” alias bawa perasaan sering sekali dipakai dalam kehidupan sehari-hari, bahkan dijadikan senjata untuk membungkam orang yang sedang mencoba mempertahankan diri. Padahal, reaksi emosional bukanlah kelemahan, melainkan sinyal penting. Ibarat alarm kebakaran yang berbunyi saat ada asap, emosi juga merupakan sebuah tanda bahwa ada sesuatu yang perlu diperhatikan.
Pernahkah hanya gara-gara ada orang berkomentar bahwa kamu baperan, lantas kamu merasa bersalah hanya karena marah atas perlakuan tidak adil dari orang lain? Nah, artikel yang dilansir dari Your Tango ini hadir untuk membantumu melihat perbedaannya antara mana yang sekadar “baper” berlebihan, dan mana yang merupakan respons sehat terhadap perlakuan buruk serta bertujuan untuk menunjukkan batas toleransi dalam hubungan.
Kamu Tidak Suka Mendengarkan Gosip

Tidak mendengarkan gosip adalah bukti kamu nggak suka dengan perlakuan semena-mena/Foto: Freepik
Tidak semua gosip itu buruk. Menurut penelitian dari PNAS, bergosip dengan orang yang tepat justru bisa mempererat hubungan, menumbuhkan kepercayaan, sekaligus menjadi sarana belajar. Namun, gosip bisa berubah menjadi racun ketika digunakan sebagai senjata lewat rumor, kata-kata menyakitkan, dan energi negatif, yang mana dalam kondisi itu, manfaatnya menjadi hilang dan yang tersisa hanyalah dampak buruk.
Percakapan yang dipenuhi gosip tidak sehat sering kali membawa konsekuensi serius. Bukan hanya merugikan orang yang jadi bahan omongan, gosip semacam ini juga bisa menggerogoti harga diri siapa pun yang terlibat di dalamnya, baik yang berbicara maupun yang hanya sekadar mendengarkan. Hal ini sejalan dengan temuan Current Psychology yang menunjukkan bahwa energi negatif dalam gosip mendorong munculnya kritik terhadap diri sendiri.
Oleh karena itu, jika kamu memilih menjauh dari obrolan gosip yang tidak sehat, ini tanda kamu bukan baperan. Meskipun orang yang suka gosip semacam itu mencoba meyakinkanmu sebaliknya, keputusanmu untuk tidak terlibat justru menunjukkan bahwa kamu cukup peka untuk mengenali toksisitas dan berani melindungi diri dari perlakuan yang buruk.
Kamu Lebih Menyukai Hubungan dan Percakapan yang Mendalam

Menyukai hubungan dan percakapan yang mendalam menunjukkan kamu bukan orang baperan/Foto: Freepik
Orang yang benar-benar sangat sensitif mungkin kesulitan membangun hubungan yang lebih dalam dengan orang lain karena mereka merasa begitu damai dan tenang dalam kesendirian. Namun, orang intuitif yang sama-sama cerdas secara emosional dan peka terhadap perlakuan buruk justru lebih menyukainya. Mereka lebih suka berinvestasi dalam hubungan yang bernilai, bukan sekadar basa-basi atau interaksi dangkal.
Sementara itu sebuah studi dari Current Psychology bahkan menunjukkan bahwa orang intuitif yang mampu menghargai ruang pribadi pasangannya, benar-benar hadir, dan mau mendengarkan dengan tulus, memiliki peluang lebih besar untuk membangun hubungan yang dalam dan memuaskan.
Oleh karena itu, keinginan untuk memiliki hubungan yang bermakna bukanlah kelemahan. Sebaliknya, itu menandakan bahwa kamu hanya lebih peka terhadap perlakuan buruk atau pasangan toksik yang tidak mampu hadir sesuai dengan kebutuhan emosionalmu.
Kamu Selalu Menyadari Ketika Seseorang sedang Terluka

Sigap menyadari saat ada orang yang terluka adalah tanda bahwa kamu peka pada perlakuan buruk, bukan baperan/Foto: Freepik
Ada satu hal yang istimewa tentang dirimu, yaitu kamu selalu bisa menangkap tanda-tanda halus ketika seseorang sedang terluka. Kadang, orang-orang di sekelilingmu tidak menyadarinya, tetapi kamu justru mampu melihat lebih jauh.
Kepekaanmu terhadap perubahan suasana hati, energi sosial, hingga bahasa tubuh orang lain membuatmu cepat tanggap ketika ada yang tidak beres. Kamu bukan hanya sekadar peka, tetapi juga benar-benar peduli. Itulah yang membuat empati dalam dirimu terasa lebih dalam dibandingkan kebanyakan orang.
Kemampuan ini bukannya muncul begitu saja. Kamu terbiasa menumbuhkan dan melatih empati dalam setiap hubungan yang kamu bangun. Ada usaha, ada komitmen, dan ada kesungguhan untuk selalu menghadirkan diri secara penuh bagi orang lain.
Kamu tahu betapa pentingnya menjaga keseimbangan antara kepedulian terhadap diri sendiri dan kepedulian terhadap orang-orang di sekitarmu. Sementara sebagian orang memilih untuk menutup diri dengan alasan ego, kamu justru memilih untuk membuka hati, terhubung, dan memberikan ruang bagi orang lain untuk merasa dipahami.
***
Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk, gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!
(naq/naq)
Komentar
Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama memberikan komentar.