Kabar Terbaru dari Kapal Bantuan Gaza: Greta Thunberg Tiba di Swedia Usai Dideportasi-8 Aktivis Ditahan di Israel

kabar-terbaru-dari-kapal-bantuan-gaza:-greta-thunberg-tiba-di-swedia-usai-dideportasi-8-aktivis-ditahan-di-israel
Kabar Terbaru dari Kapal Bantuan Gaza: Greta Thunberg Tiba di Swedia Usai Dideportasi-8 Aktivis Ditahan di Israel
Share

Share This Post

or copy the link

Kabar Terbaru Aktivis dari Kapal Bantuan Gaza: Greta Thunberg Tiba di Swedia-8 Aktivis Ditahan/Foto: Tangkapan Layar

Kabar terbaru dari para aktivis yang berlayar di kapal Madleen untuk mengirimkan bantuan kemanusiaan ke Gaza. Aktivis lingkungan dan hak asasi manusia (HAM) asal Swedia, Greta Thunberg, yang sebelumnya dideportasi dari Israel, akhirnya telah tiba di Swedia. Ia dideportasi bersama tiga aktivis lainnya setelah menandatangani dokumen deportasi.

Sementara itu, delapan aktivis lainnya dilaporkan masih ditahan di Israel. Salah satu dari aktivis tersebut, yaitu Thiago Avila yang juga merupakan koordinator Freedom Flotilla Brasil, ditempatkan dalam isolasi di Penjara Ayalon karena melakukan aksi mogok makan dan haus yang dimulainya sejak dua hari lalu. Ia juga diperlakukan secara agresif oleh otoritas penjara.

Sementara itu, anggota parlemen Eropa, Rima Hassan, ditempatkan dalam kondisi yang tidak manusiawi di Penjara Neve Tirza. Ia sempat dipindahkan ke isolasi setelah menulis “Free Palestine” di dinding di Penjara Givon, dan kini kembali ditahan di penjara tersebut. Ia dipindahkan ke sel kecil tanpa jendela dengan kondisi kebersihan yang sangat buruk dan ditolak aksesnya ke halaman penjara. Sementara itu, aktivis lainnya tetap ditahan secara ilegal oleh otoritas Israel.

Sebagai informasi, kapal layar Madleen yang membawa bantuan kemanusiaan ke Gaza dibajak oleh pasukan militer Israel. Tak hanya itu, 12 aktivis yang berada di kapal tersebut, termasuk aktivis lingkungan asal Sweden Greta Thunberg, diculik oleh pasukan Israel pada Senin (9/6).

Kapar layar yang dioperasikan kelompok aktivis Freedom Flotilla Coalition (FFC), berangkat dari pelabuhan Catania di Sisilia, Italia selatan, pada Minggu (1/6) menuju Gaza. Dilansir dari AP, menurut penyelenggara, selain membawa bantuan kemanusiaan, seperti makanan, obat-obatan, dan susu formula, hingga produk kebersihan perempuan, kapal tersebut juga bertujuan untuk “mematahkan pengepungan Israel” atas wilayah yang hancur di Gaza.

Aksi pasukan militer Israel ini menuai kecaman dari publik. Sebab, aksi Israel ini melanggar Hukum Laut Internasional, yaitu kapal asing di laut internasional tidak boleh dihentikan secara paksa tanpa alasan hukum yang sah.

Greta Thunberg Tiba di Swedia: Takut Orang-orang Bungkam dan Tidak Melakukan Apa pun soal Genosida Israel di Gaza

Greta Thunberg

Greta Thunberg/Foto: Dok. X

Aktivis lingkungan dan hak asasi manusia asal Swedia Greta Thunberg dideportasi Israel pada Selasa (10/6) buntut kapal bantuan menuju Gaza yang ditumpanginya dibajak pasukan militer Israel.

Dalam sebuah unggahan di X, Kementerian Luar Negeri Israel membagikan foto Greta Thunberg yang terlihat duduk di dalam pesawat. Kemenlu Israel mengatakan bahwa Greta telah meninggalkan Israel dan akan menuju Prancis lalu melanjutkan perjalanan ke Swedia, negara asalnya.

Greta tiba di Bandara Arlanda, Stockholm, pada Selaasa (10/6) malam waktu setempat. Setibanya di area kedatangan, Greta langsung disambuk tepuk tangan warga dan dipeluk seorang perempuan. Kepada para wartawan, Greta menyerukan pembebasan aktivis lainnya yang ditahan di atas kapal Madleen. Ia menggambarkan situasi yang “cukup kacau dan tidak menentu” selama penahanan.

Ia mengatakan bahwa tentu kondisi yang ia dan aktivis lainnya hadapi tidak sebanding dengan penderitaan orang-orang di Gaza selama ini akibat serangan Israel. Ia mengakui bahwa dirinya paham risiko dari misi kemanusiaan ini. Namun, apa yang terjadi tidak membuat keberaniannya surut untuk terus mengirimkan bantuan ke Gaza.

“Kami sangat menyadari risiko misi ini. Misi serupa Freedom Flotilla Coalition (FFC) sebelumnya telah diserang dan dicegat,” kata Greta, dikutip dari video yang diunggah akun @gazafreedomflotilla. “Tujuannya adalah untuk sampai ke Gaza dan dapat mendistribusikan bantuan.”

Greta juga menegaskan bahwa dirinya dan aktivis lain tidak melanggar hukum apa pun selama berlayar di kapal Madleen untuk mengirimkan bantuan kemanusiaan ke Gaza.

“Saya sangat jelas dalam kesaksian saya bahwa kami diculik di perairan internasional dan dibawa ke Israel tanpa keinginan kami sendiri,” katanya. “Kami adalah 12 relawan damai yang berlayar di kapal sipil yang membawa bantuan kemanusiaan di perairan internasional. Kami tidak melanggar hukum. Kami tidak melakukan kesalahan.”

[Gambas:Instagram]

Ketika ditanya apakah dirinya kecewa karena tidak berhasil masuk ke Gaza, Greta menekankan bahwa apa yang dilakukan Israel adalah pelanggaran berkelanjutan terhadap hukum internasional dan kejahatan perang.

“Saya tidak tahu apakah kecewa adalah kata yang tepat, ini adalah pelanggaran berkelanjutan terhadap hukum internasional dan kejahatan perang yang dilakukan Israel secara sistematis terhadap Palestina dengan tidak mengizinkan bantuan masuk dengan membuat orang-orang kelaparan dan pembantaian massal dengan segala cara yang mungkin, ini adalah genosida besar-besaran yang disaksikan secara langsung oleh dunia,” tuturnya.

Greta melayangkan kritik kepada pemerintah yang bungkam atas apa yang terjadi di Gaza, dan mengecam sejumlah pemerintah dunia yang mengirimkan bantuan kepada Israel.

“Kebungkaman mereka [pemerintah] merupakan bagian dari tindakan ilegal Israel, tetapi yang terpenting adalah keterlibatan mereka dalam genosida yang sedang berlangsung sekarang dengan mengirimkan bantuan, dengan mengirimkan dukungan militer dan keuangan ke Israel, mereka juga merupakan bagian dari pembunuhan warga Palestina,” ungkapnya.

Misi yang tengah dilakukan Greta Thunberg dan aktivis lainnya merupakan salah satu dari sekian banyak misi FFC sejak 2008. Koalisi itu terus-menerus berusaha mengiirm kapal yang bertujuan untuk mematahkan pengepungan dan membuka koridor kemanusiaan.

“Ini adalah misi untuk mencoba sekali lagi membawa bantuan ke Gaza yang sangat dibutuhkan. Misi ini juga bentuk solidaritas dan mengatakan bahwa kami melihat Anda [warga Gaza], kami melihat apa yang terjadi, dan kami tidak dapat menerima hanya menyaksikan semua ini dan tidak melakukan apa-apa,” tuturnya.

Greta juga menekankan bahwa dirinya tidak takut ketika kapal layar yang ia tumpangi dibajak Israel. Ia lebih takut ketika orang-orang terdiam selama genosida berlangsung dan tidak melakukan apa pun.

“Yang saya takutkan adalah orang-orang terdiam selama genosida yang sedang berlangsung,” kata Greta, dikutip AFP.

Nasib 8 Aktivis yang Ditahan di Israel

Kapal layar Madleen

Kapal Layar Madleen/Foto: Instagram/gretathunberg

Sementara itu, delapan aktivis lainnya dari kapal layar Madleen masih ditahan secara ilegal oleh Israel setelah diculik di perairan internasional saat berupaya mengirimkan bantuan ke Gaza.

Berdasarkan informasi dari akun @gazafreedomflotilla, pada Selasa (10/6), delapan aktivis ini dibawa ke pengadilan penahanan di Ramleh. Israel terus mengklaim bahwa mereka “masuk secara ilegal”. Padahal, para aktivis ini ditangkap di kapal Madleen dan pasukan Israel memindahkan mereka ke wilayah Israel tanpa persetujuan mereka.

Salah satu aktivis, Thiago Avila asal Brasil, dilaporkan melakukan mogok makan dan minum untuk mengecam impunitas Israel. Organisasi hak asasi manusia Israel dan pusat hukum Adalah mengatakan bahwa Thiago Avila telah dipisahkan dari tahanan lainnya dan ditempatkan di sel isolasi. Israel disebut mengancam Thiago bahwa dirinya akan dikurung selama 7 hari di sel yang gelap, kecil, sesak napas, dan tanpa kontak. 

Sementara itu, anggota parlemen Eropa, Rima Hassan, ditempatkan dalam kondisi yang tidak manusiawi di Penjara Neve Tirza. Ia sempat dipindahkan ke isolasi setelah menulis “Free Palestine” di dinding di Penjara Givon, dan kini kembali ditahan di penjara tersebut. Ia dipindahkan ke sel kecil tanpa jendela dengan kondisi kebersihan yang sangat buruk dan ditolak aksesnya ke halaman penjara.

Menurut laporan dari @gazafreedomflotilla, Israel disebut mengancam Rima Hassan, bahwa kepalanya akan dibentur ke dinding. Aktivis lain juga disebut dilarang untuk tidur. Kondisi sel juga jauh dari layak, para aktivis menyebut bahwa kondisinya tidak bersih hingga tidak ada akses ke air minum yang bersih dan aman.

“Penyitaan, penahanan, dan upaya deportasi tim kami merupakan pelanggaran hukum internasional dan hukum Israel yang jelas. Mereka harus segera dibebaskan tanpa syarat. Kami tidak akan diam saja. Blokade itu ilegal. Misi kami tetap: untuk menghentikan pengepungan dan mengirimkan bantuan ke Gaza,” ungkap @gazafreedomflotilla.

***

Ingin jadi salah satu pembaca yang dapat ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk, gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!

(naq/naq)

0
joy
Joy
0
cong_
Cong.
0
loved
Loved
0
surprised
Surprised
0
unliked
Unliked
0
mad
Mad
Kabar Terbaru dari Kapal Bantuan Gaza: Greta Thunberg Tiba di Swedia Usai Dideportasi-8 Aktivis Ditahan di Israel

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Login

To enjoy Astaga! privileges, log in or create an account now, and it's completely free!

Follow Us