Maura Valysha Carmelie | Beautynesia
Sabtu, 05 Jul 2025 15:00 WIB
Foto: freepik.com/freepik
Pernahkah kamu mendengar istilah early brain atrophy? Meski terdengar rumit, kondisi ini bisa berdampak besar pada kualitas hidup seseorang, bahkan sejak usia muda.
Early brain atrophy atau penyusutan otak dini bukan hanya istilah medis semata, ia adalah sinyal penting dari tubuh yang sering luput dikenali. Di sini, kita akan kupas tuntas apa sebenarnya yang dimaksud dengan early brain atrophy, bagaimana ciri-cirinya muncul secara perlahan, dan efek jangka panjang yang perlu diwaspadai.
Apa Itu Early Brain Atrophy?
Apa Itu Early Brain Atrophy?/Foto: researchgate.net
Menurut Medical News Today, atrofi otak adalah kondisi ketika sel-sel otak (neuron) dan koneksi antar-sel tersebut mulai menyusut atau rusak. Akibatnya, ukuran atau volume otak pun jadi mengecil.
Sebenarnya, penyusutan otak bisa terjadi secara alami seiring bertambahnya usia. Namun, yang disebut early brain atrophy adalah ketika proses ini terjadi jauh lebih cepat dan muncul di usia yang masih tergolong muda. Ini bukan bagian dari penuaan biasa, melainkan tanda adanya gangguan struktural serius pada otak yang muncul lebih awal dari seharusnya.
Ciri-Ciri dan Gejala yang Perlu Diwaspadai
Ciri-Ciri dan Gejala yang Perlu Diwaspadai/Foto: freepik.com/BalashMirzabey
Gejala sangat tergantung bagian otak yang terkena:
- Gangguan memori & kognitif: sulit ingat, perencanaan buruk, penurunan kemampuan berpikir abstrak.
- Kesulitan berbahasa (afasia): sulit memahami atau mengekspresikan kata-kata.
- Masalah motorik & koordinasi: tremor, gangguan keseimbangan, kelemahan otot.
- Perubahan emosi & kepribadian: mudah marah, apatis, atau depresi.
- Kejang: dari kejang ringan hingga kehilangan kesadaran.
Menurut Cleveland Clinic, gejala juga bisa mencakup halusinasi, sulit mengambil keputusan, hingga gangguan bicara yang signifikan.
Penyebab Atrofi Otak Dini
Penyebab Atrofi Otak Dini/Foto: freepik.com/reewungjunerr
Faktor yang bisa mempercepat atrofi otak pada usia muda (bukan sekedar penuaan wajar) menurut Massachusetts General Hospital adalah:
- Penurunan kebugaran & kerusakan vaskular: Olahraga minim dan tekanan darah tinggi dapat mempercepat kehilangan volume otak.
- Penyakit neurodegeneratif: Alzheimer, Huntington, multiple sclerosis, dan demensia vaskular.
- Stroke atau cedera otak traumatik.
- Infeksi otak: ensefalitis, HIV/AIDS, neurosifilis.
- Konsumsi alkohol berat & malnutrisi.
- Peningkatan stres kronis: dapat mengikis volume hippocampus.
Efek Jangka Panjang
Efek Jangka Panjang/Foto: freepik.com/freepik
- Risiko demensia meningkat: Atrofi otak terkait demensia muncul jauh sebelum gejala klinis, terutama pada hippocampus pada Alzheimer.
- Gangguan menelan & infeksi saluran napas: seperti pneumonia aspirasi.
- Masalah kesehatan mental: depresi, isolasi, perubahan kepribadian.
- Kejang dan spasme: terutama jika atrofinya menimbulkan aktivitas listrik abnormal.
- Penurunan kualitas hidup: kemandirian menurun, kemampuan berfungsi sosial dan kerja berkurang.
Meskipun tidak ada cara untuk sepenuhnya membalik atrofi, deteksi dini, pengobatan penyerta, serta gaya hidup sehat dapat memperlambat prosesnya dan menjaga kualitas hidup.
***
Ingin jadi salah satu pembaca yang dapat ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk, gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!
(dmh/dmh)
Komentar
Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama memberikan komentar.